MALANG NEWS – Perkembangan dunia modelling di Kota Malang rupanya banyak yang meminati, itu bisa dilihat dari berbagai event hunting foto model yang kerab sekali di gelar. Bahkan tak jarang model-model atau new talentpun juga marak bermunculan, mulai dari pelajar, wanita karir, mahasiswi, hingga ibu-ibu muda yang telah berumah tangga sekalipun.
Alasan mereka tertarik di dunia modeling ada yang memang hobi, atau yang sekedar hanya coba-coba, untuk mengasah kemampuan atau bahkan menjadikannya sebagai mata pencaharian.
Ditunjang oleh teknologi sekarang ini yang memang tengah berkembang pesat, apalagi di dunia maya atau Media Sosial (Medsos) yang mampu membuat booming sesuatu hal. Bahkan juga tak jarang membuat seseorang tersebut menjadi terkenal atau viral.
Namun, boomingnya seorang model di media sosial beragam cara untuk mempublikasinya. Bisa fotonya yang dipublikasikan ke Facebook maupun instagram dan medsos lainnya. Seperti yang dialami Siti Jumaidah asal Wendit, Pakisaji, Kabupaten Malang ini salah satunya.
Wanita kelahiran asli “Bumi Arema” ini, sejak duduk di bangku SMA telah berkecimpung dan optimis menjadi seorang model maupun penyanyi papan atas.
Selain didukung oleh suami, alasan kuat ia menjadi seorang model karena memiliki postur tubuh yang proporsional dengan tinggi badan 170 centimeter dan berat badan sekitar 50 kilogram.
“Kalau jadi model sebenarnya hanya hobi saja dan coba-coba, tapi menurut teman-teman fotografer memang saya ada bakat jalur ke sana sih mas. Soalnya mulai SMA saya suka foto-foto gitu,” ucap perempuan 36 tahun tersebut kepada MALANG NEWS, pada Rabu (11/3/2020)
Saking tertarikya di dunia modelling, ia kerab melakukan sesi pemotretan sendiri bersama teman-temannya dengan beragam pose dan konsep yang diusung. Tak hanya itu, bahkan wanita dengan satu anak ini juga sering mengikuti berbagai event hunting foto model di berbagai kota. Namun, sesekali juga dirinya dimintai menjadi model dengan mengusung konsep budaya maupun casual atau yang lainnya.
Hingga ketika saat ini menjadi Ibu rumah tangga, ia masih tetap fokus menggeluti bidang modelling di luar jam kerja.
“Mungkin banyak orang menilai saya memiliki tubuh yang baguslah. Tapi sebenarnya bukan masalah itu, tapi saya memang suka foto-foto dan punya keinginan jadi model. Kalau tubuh saya ideal itu hanya sarana pendukung saja, dan otomatis saya bersyukur dengan hal itu,” kata Ida yang juga seorang karyawati swasta di sebuah perusahaan finance ini.
Seiring berjalannya waktu, yang pada awalnya dikenalkan oleh Lily dari seorang teman Andrew (fotografer), untuk di ikutkan dalam event foto bertemakan budaya yang berlatar belakang sebuah candi.
“Mbak Lily waktu itu meminta saya memakai karya Accessories Ethniq, yang kebetulan wajah sama perawakan saya menyatu, dan berkelanjutan hingga sampai saat ini. Dengan beberapa kali event foto, setiap ada karya baru dari Mbak Lily, selalu menghubungi saya buat sesi foto produknya,” ungkap dia.
Berbagai tawaran job fotopun akhirnya selalu mengalir, bahkan dirinya juga mengaku menerima job singer sengan aliran musik dangdut dan campurasri.
“Iya tawaran itu saya ambil mas. Karena untuk menambah pengalaman saya di dunia modelling. Kalau tema fotonya alam, casual, street dan budaya dih kebanyakan,” papar perempuan kelahiran 17 juni 1982 tersebut.
Dari situlah namanya sudah banyak dikenal orang, bahkan hasil fotonya kerab diupload di Facebook dan Instagram. Alhasil, seni foto modelnya itu banyak dilihat para follower atau pengikutnya.
“Dari situ mas saya di endorse oleh beberapa fotografer yang kemudian tertarik untuk dijadikan sebagai modelnya,” terang perempuan dari delapan bersaudara tersebut.
Ibu dari Bilqis, hingga saat ini masih menjadi model promosi Accessories Ethniq bertemakan budaya. Sedangkan untuk tempat foto sessionnya biasanya di Kota Malang, Pasuruan dan rencananya juga Pulau Bali.
Pewarta: Andi Rachmanto
Editor: Eko Sabdianto
Publisher: Edius