MALANG NEWS – Terkadang hobi atau kesenangan bisa menjadi berkah. Hal itu seperti yang dialami Nganti Resmi Kharisma (30). Dirinya yang juga seorang wartawan di Kota Batu ini semula tak menyangka, jika hobinya sehari-hari memelihara kelinci hias bisa menambah penghasilannya.
Dengan memanfaatkan lahan disamping rumahnya yang semula hanya bermodal dengan Rp 100 ribu, Wanita yang akrab disapa Risma ini beternak kelinci dengan konsep kandang bersusun tingkat.
Lokasinya yang terletak di Jalan Daip, Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu ini tiap Minggu selalu didatangi calon pembeli. Para calon pembelinya pun beragam, mereka rata-rata kebanyakan datang dari luar Kota Batu.
“Ya, memang sih rata-rata dari luar Kota Batu, mereka banyak yang menyukai jenis kelinci hias terutama Holland Lop,” tuturnya. Selasa (3/3/2020) saat ditemui Malang News di kediamannya.
Saat ditanya pemasaranya kemana saja, lebih lanjut dirinya menuturkan, “Awalnya memang memposting foto kelinci di group facebook “Jual Beli Kelinci Malang Raya” dan “Komunitas Kelinci Malang Raya”, dan dari situ calon pembeli mulai tertarik untuk membeli,” ungkap dia.
Kelinci yang dimilikinya saat ini punya beberapa jenis, diantaranya Holland Lop, Dutch, English Anggora, Lion, Rex, Fuzzy Lop, dan Flemish Giant.
“Kelinci-kelinci ini saya tempatkan di kandang secara terpisah, apalagi yang sudah siap berproduksi. Ya, usianya sekitar lima sampai enam bulan, dan kalau untuk anakannya berusia satu sampai 3 bulan, itu yang sudah siap untuk dijual,” urainya.
Dia memaparkan, beternak kelinci setiap bulan pasti panen alias kembali modal. Sebab, kelinci bereproduksi sangat cepat, bahkan sebulan sudah bisa melahirkan.
“Bagaimana tidak, kelinci kan produksinya cepat. Contoh, ketika kita mengawinkan tanggal 17 bisa dipastikan melahirkanya juga pada tanggal yang sama. Dan rata-rata anaknya bisa berjumlah lima sampai sepuluh ekor,” jelasnya.
Menurutnya, untuk kelinci yang sudah matang kelamin ditandai dengan warna merah pada kelaminnya.
“Memang kalau kelinci yang sudah siap untuk dikawinkan, ditandai dengan alat kelaminnya yang berwarna merah. Namun, jika belum ketika dipaksa dikawinkan tetap saja tidak mau,” tutupnya.
Pewarta: Eko Sabdianto
Editor: Andi Rachmanto
Publisher: Edius